Tata Surya terbagi
menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid,
empat planet bagian luar,
dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper
dan piringan tersebar. Awan Oort
diperkirakan terletak di daerah terjauh
yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya
dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius
(57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter
(779 juta km), Saturnus
(1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan
Neptunus
(4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008,
ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil.
Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus.
Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres
(415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet
kelima), Pluto (5.906 juta km.;
dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake
(6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).Enam
dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami.
Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet
yang terdiri dari debu dan partikel lain.
Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah
dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya adalah:
Pierre-Simon
Laplace, pendukung Hipotesis Nebula
Gerard
Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan
disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun
1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre
Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis
ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa
pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk
dari debu, es, dan gas yang
disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut
itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan
akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut
dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke
sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan
suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir
melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis
planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang
lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan
Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan
Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali
dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan
spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik
kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi
benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu
dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi
komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
pasang surut
bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet
dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan
yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari
Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi
planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian
itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas
hipotesis tersebut.
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom
Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun
1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua
bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak
meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi
bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar